Epidemi HIV di Indonesia masih belum terkendali. Pada Konferensi AIDS Internasional ke-21 yang diadakan di Afrika Selatan pada tahun 2016, UNAIDS memberikan peringatan tentang meningkatnya kasus HIV di Indonesia. Di seluruh wilayah Asia-Pasifik, tingkat infeksi HIV baru cenderung turun akan tetapi di Indonesia angkanya terus meningkat secara signifikan.
Indonesia masih tertinggal dalam bidang pencegahan dan pengobatan. Akses ke terapi antiretroviral di Indonesia sangat terbatas dengan hanya 20% dari Orang Dengan HIV yang tahu status mereka, dibandingkan dengan rata-rata 40 – 41% di wilayah Asia. Infeksi baru banyak terjadi di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL), pekerja seks perempuan dan pelanggan mereka, warga binaan permasyarakatan, pengguna napza suntik dan kelompok pekerja migran.
Yayasan Kasih Suwitno (YKS) telah bermitra dengan Rumah Sakit St. Carolus dan mitra lainnya sejak tahun 2011 dengan pendanaan dari PEPFAR dan donator lainnya. Saat ini YKS telah bekerja untuk menyediakan informasi mengenai HIV dan IMS serta layanan tes, pengobatan dan perawatan HIV dan IMS bagi masyarakat yang berisiko tinggi terhadap HIV di wilayah Jakarta – terutama bagi populasi kunci dan beresiko tinggi terhadap penularan HIV. Klinik Ruang Carlo dan klinik mitra telah menjadi model secara nasional dan internasional untuk pencegahan dan perawatan HIV dan IMS yang komprehensif. Ini tidak akan mungkin terjadi tanpa dukungan dermawan dari para donor kami dan kerja keras dan dedikasi yang berkelanjutan dari staf dan relawan kami.
Untuk memutus rantai penularan HIV, klien perlu mengetahui status mereka dan memulai terapi antiretroviral (ART) segera apabila terinfeksi HIV. Klinik Ruang Carlo telah memberikan layanan yang komprehensif dan cepat sehingga klien dapat datang untuk tes dan mendapatkan pengobatan ARV sesegera mungkin apabila terinfeksi.